Sesudah demikian lama dicintai,
sukarlah dilupakan.
Inti pengalaman, kepedihan;
akar kerinduan keresahan...
Memang begitu banyak
diperlukan kekuatan,
kepangkalan batin, rakit ditambatkan
bara kenangan dikuatkan
Akhirnya, tak terduga, kekuatan membuak sendiri,
dan disedari, semua takkan sampai, ke dasar inti.
Tiada lagilah bezanya,
sama ada hilangnya kemudian
atau tenggelamnya sekarang.
Tiada juga bezanya ,
jika ia langsung tak datang
atau tiba-tiba terkorban
Kepiluan yang berlanjut akhirnya,
ditenterami keyakinan,
betapa dielak puntakdir
tetap terbuka pintunya
bertanya: manusia, engkau ini sebenar-benarnya siapa....
Siapalah Aku...
Sesekali menyedari pada senja yang merah ini,
Aku tidak mahu lagi berbicara,
Tentang sisa kenangan lalu,
Menyingkap tabir sejarah,
Yang merobek hati luka berdarah,
Memungut kasih yang tidak kesampaian,
Resah gelisah dimain perasaan.
Sesekali menyedari pada malam yang dingin ini,
Lebih baik ku menghitung dosaku yang menggunung,
Renung ke dalam diri, jenguk hatiku yang kotor,
Hisab diriku yang kerdil dan hina,
Bertasbih, bertahmid, sujud dan bersyukur,
Lalu kuhadapkan wajahku kepadaNya,
Berserah diri mengharapkan simpati,
Agar aku diampuni.
Sesekali pada subuh yang hening ini,
Kusedari siapalah aku,
Kalau hanya seorang hamba,
Hidup mati ditentukan Allah,
Punya diri tak selamanya,
Punya kehidupan tapi sementara.
~Dari rakan cyber~.
Catatan Rindu (i) ImnogmaAku tidak mahu lagi berbicara,
Tentang sisa kenangan lalu,
Menyingkap tabir sejarah,
Yang merobek hati luka berdarah,
Memungut kasih yang tidak kesampaian,
Resah gelisah dimain perasaan.
Sesekali menyedari pada malam yang dingin ini,
Lebih baik ku menghitung dosaku yang menggunung,
Renung ke dalam diri, jenguk hatiku yang kotor,
Hisab diriku yang kerdil dan hina,
Bertasbih, bertahmid, sujud dan bersyukur,
Lalu kuhadapkan wajahku kepadaNya,
Berserah diri mengharapkan simpati,
Agar aku diampuni.
Sesekali pada subuh yang hening ini,
Kusedari siapalah aku,
Kalau hanya seorang hamba,
Hidup mati ditentukan Allah,
Punya diri tak selamanya,
Punya kehidupan tapi sementara.
~Dari rakan cyber~.
Sesekali bila terbangun
Dari mimpi yang panjang
Aku menjadi pelarian rindu
Dimanakah rindu itu
Dikamar sepi ini
Atau di jalanan merah berdebu ?
Hatiku selalu bersenda
Datangkah lagi rindu itu
Menembusi jendela terbuka
Di pagi yang dingin
Atau di malam yang sepi ?
Seperti perasaan rindu yang lain
Yang mengetuk kamar waktu sempitku
Rindu itu bagaikan bayangan
Wajah-wajah, tiba-tiba menyapa
Dalam diam
Lalu akupun menjadi teramat rindu
Kenangan Yang Masih Sepi
Kesunyian mengetuk pintu hatiku
Tiba-tiba namamu memenuhi ruang kamar
Di dalamnya aku mendakap penyesalan
Dari catatan-catatanmu yang hilang
Mendakap pengajaran yang lahir
Sambil mencari kepastian
Dari kebenaran yang hampir luput
Kepada seorang pencari yang tabah
Kesengsaraan diharungi tanpa resah
Dan kesepian yang menutup diri
Dipenuhi dengan taqwa mengabdi
Lalu akupun ingin menurutmu
Memegang pena meneliti alam maya
Demi hidup yang lebih bermakna
Tanpa melupa kepadanya, Pencipta
Dan tak terlukis olehku wajahmu
Dalam puisi yang tak lengkap ini
Mungkinkah kau dapat memahami ?
Dalam bayangan wajahmu
Seakan wajahku mengerdip hiba
Matamu sayu dan tunduk
Dan suaraku tenggelam bersama sepi
Dapatkah aku mengerti hatimu ?
O... betapa dalam samar senja itu
Kau pergi meninggalkan duniamu
Bersama kenangan yang masih sepi
Hingga kini...
( Al-fatihah buat Al-Jabar, Al-Khawarizmi dan Ibnu Sina )
Cinta Itu Dunia KuKesunyian mengetuk pintu hatiku
Tiba-tiba namamu memenuhi ruang kamar
Di dalamnya aku mendakap penyesalan
Dari catatan-catatanmu yang hilang
Mendakap pengajaran yang lahir
Sambil mencari kepastian
Dari kebenaran yang hampir luput
Kepada seorang pencari yang tabah
Kesengsaraan diharungi tanpa resah
Dan kesepian yang menutup diri
Dipenuhi dengan taqwa mengabdi
Lalu akupun ingin menurutmu
Memegang pena meneliti alam maya
Demi hidup yang lebih bermakna
Tanpa melupa kepadanya, Pencipta
Dan tak terlukis olehku wajahmu
Dalam puisi yang tak lengkap ini
Mungkinkah kau dapat memahami ?
Dalam bayangan wajahmu
Seakan wajahku mengerdip hiba
Matamu sayu dan tunduk
Dan suaraku tenggelam bersama sepi
Dapatkah aku mengerti hatimu ?
O... betapa dalam samar senja itu
Kau pergi meninggalkan duniamu
Bersama kenangan yang masih sepi
Hingga kini...
( Al-fatihah buat Al-Jabar, Al-Khawarizmi dan Ibnu Sina )
Cinta itu duniaku
Lalu aku menulis tentangnya
Tentang kemabukan rasa
Tentang keindahan rupa
Tentang kerinduan yang tiba
Tentang liku-liku di jalanannya
Di duniaku aku tidak menulis
Tentang kehancuran bahana perang
Atau tentang penyerahan dan penaklukan
Tetapi aku menulis
Tentang kesetiaan dan keluhuran
Atau tentang ketabahan dan pengabdian
Siapakah akan mengerti ?
Siapakah akan sudi menatapi ?
Aku dan duniaku
Hidup dan bercinta
Perjalanan
Waktu itu pagi
Ketika aku
Bermula dari satu perjalanan
Mencari dari jauhnya perjalanan
Apakah yang dapat kubawa bersama
Untukmu
Perjalanan itu tiada membawa apa
Tanganku kosong seperti musim kering
Dengan daun-daun meluruh
Apakah kau kan sudi
Menyambut tanganku
Di halaman rumahmu
Ah... betapa bencinya aku pada perjalanan
Tidak pasti sebarang kemungkinan
kadang-kadang terhenti di pertengahan
Tapi, mengapa kau masih memaksa
Aku meneruskan perjalanan ini
Sebuah Puisi Serangkai JanjiWaktu itu pagi
Ketika aku
Bermula dari satu perjalanan
Mencari dari jauhnya perjalanan
Apakah yang dapat kubawa bersama
Untukmu
Perjalanan itu tiada membawa apa
Tanganku kosong seperti musim kering
Dengan daun-daun meluruh
Apakah kau kan sudi
Menyambut tanganku
Di halaman rumahmu
Ah... betapa bencinya aku pada perjalanan
Tidak pasti sebarang kemungkinan
kadang-kadang terhenti di pertengahan
Tapi, mengapa kau masih memaksa
Aku meneruskan perjalanan ini
Kelmarin dulu
Aku tidak sempat mengirimkan
Sebuah puisi dan serangkai janji
Lalu kau menyepi diri
Semalam
Puisi itu tiba-tiba hilang
Di timbunan fail-fail dan buku-buku
Janjiku hilang
Dalam kesempitan waktu
Hari ini
Akan ku cuba coretkan
Sebuah puisi baru untukmu
Dalam gelora rasa bersalahku
Barangkali esok
Ilham datang mengetuk pintu hati
Pasti engkau tidak lagi sendiri
Dengan kehadiran puisi bicara hati
Atau lusa, aku berjanji
Akan buatkan sebuah puisi
Seperti yang kau ingini
Atau paling ku benci
Sebuah puisi tinggal serangkai janji
Dan antara kita saling tak mengerti
EMBUN
Embun di pinggir rumpun
bersapa debu & deru
bercumbu dengan sinar matari
dinginnya mencari erti.
Embun di ujung rambut
bersapa rindu & sendu
bercinta dengan nafsu-nafsi
panasnya membakar diri.
Embun di sudut hidup
bermesra doa & restu
bercampur dengan untung rugi
murninya mengenal Ilahi.
iDANRADZI
Sri Jenaris, Kajang.
MINGUAN MALAYSIA
Pautan KasihEmbun di pinggir rumpun
bersapa debu & deru
bercumbu dengan sinar matari
dinginnya mencari erti.
Embun di ujung rambut
bersapa rindu & sendu
bercinta dengan nafsu-nafsi
panasnya membakar diri.
Embun di sudut hidup
bermesra doa & restu
bercampur dengan untung rugi
murninya mengenal Ilahi.
iDANRADZI
Sri Jenaris, Kajang.
MINGUAN MALAYSIA
jika pautan kasih di ranting rapuh
imbaulah impi di perdu lusuh
meskikah berkait dengan talian keliru
antara tadahan asing & depaan jujur
segalanya tergawangan
lalu putik cinta layu di tangkai madu
jika pautan hidup di ranting rapuh
gamitlah cita di rumpun redup
meskikah bergelut dengan semakan hampa
antara huluran simpati & laungan misteri
segalanya tergalangan
lalu kelopak cinta gugur di pohon resah
jika pautan iman di ranting rapuh
sapalah doa di taman syahdu
meskikah bertaut dengan juraian keliru
antara kekangan duniawi & pagaran bukti
segalanya terawangan
lalu jambak cinta gugur di dasar syukur
- suntinglah sepi ini Kekasih-ku.
iDANRADZi
Desa Tuallang/Kota Bharu Perak
www.melayu.com
Tiada ulasan:
Catat Ulasan